Friday, October 14, 2005

Aishitemasu #2

Aishitemasu #2
Kelas – kelas cinta ‘kutipan dari Agar Bidadari Cemburu Padamu’
Writer: Salim A Fillah


Hari2 yang melelahkan secara belum juga setengah daftar ‘what to do this week’ kutuntaskan.. wuiiih really2 need fresh air and vacation ;-) Alhamdulillah sekelompok ‘magabuters’ (baca: makan gaji buta hehehe) kembali menemaniku membunuh bosan dengan topik ‘cintah’ dan ‘mudikz’ (cinta… again… wuih.. what a hot topic hehehe) dan sekali lagi sunshine kembali terpana dengan kekuatan most-wanted-topic-ever "CINTA". Sang maha dasyat cinta yang merubah hari2 melelahkan ini menjadi lebih bersemangat dan bermakna.

Teringat pada topik mailing list hari itu, memori sunshine melayang pada sebuah cerita ‘cinta yang tidak harus memiliki’ dan ‘cinta yang mulia, pecinta yang mengikhlaskan kekasihnya untuk kebaikan’ yang diceritakan dengan apik oleh Salim A Fillah di dalam bukunya Agar Bidadari Cemburu Padamu. Dan kali ini ijinkan sunshine untuk berbagi cerita ini, semoga kita semua bisa mendapatkan manfaatnya (mumpung bulan ramadhan euy… sekali2 nulis yang agak gimanaaa getu).

Dan nafas cintanya meniup kuncupku
Maka ia mekar menjadi bunga
(Muhammad Iqbal)

Dialah Umar ibn Abdul Aziz Rahimahullah, seorang laki2 mulia dari bani Ummayah. Umar ibn Abdul Aziz sebelum menjadi khilafah terkenal sebagai seorang yang borju namun alim. Beliau pernah menunda sholat jama’ah demi menyisir rambut (weleh2...). Namun setelah beliau menerima tanggung jawab sebagai seorang khilafah, beliau rela ‘lebih miskin’ dan ‘lebih tidak terawat’ dari rakyatnya, Subhanallah!
Namun kali ini kisahnya bukan mengenai kepemimpinan beliau tetapi jiwa mulianya yang mengikhlaskan sang kekasih untuk pemuda lain.

Dikisahkan Umar Ibn Abdul Aziz ini jatuh hati terhadap seorang gadis, namun fathimah sang istri belum memberikan ijin padanya untuk menikahi sang gadis. Pada suatu hari fathimah - yang merindukan senyum diwajah suaminya - datang pada Umar dengan membawa sang gadis untuk dinikahi oleh Umar. Namun boro2 Umar menikahi sang gadis, beliau dengan ikhlas menikahkan sang gadis dengan pemuda lain... Dan ketika sang gadis bertanya padanya "Umar, dulu kau pernah mencintaiku, tapi kemana cinta itu sekarang?" Umar menjawab dengan haru "Cinta itu masih tetap ada... bahkan kini rasanya jauh lebih dalam...." (sunshine: jadi pengen nangis euy... medei2 butuh sebungkus taro, tissue, dan ember nih).

Kalo dibandingin dengan cerita2 sinetron terkini sih menurut sunshine cerita Umar Ibn Abdul Aziz di atas lebih romantis euy... Tapi sebenarnya apasih hikmah yang bisa kita ambil dari cerita Umar ini. Bahwa cinta itu punya kelas2nya.. punya prioritas.. kepada siapa dan kapan. Saat itu yang menjadi prioritas Umar adalah Sang Khalik dan rakyatnya, sehingga seberapa besar cinta pada sang gadis, beliau mengambil keputusan yang sesuai dengan tingkatan urgency nya. Di dalam buku Salim A Fillah, cinta dapat dikelas2kan sbb (which sunshine agree banget tuh!):

1. Cinta kepada Allah: Cinta Dimanapun kita berada
2. Cinta kepada Akhirat
3. Cinta kepada Rasullah: Maha Guru cinta sepanjang masa
4. Cinta Jihad
5. Cinta Ayah – Bunda: Muasal kita mengenal cinta
6. Cinta Semusim: Cinta 2 insan

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Harus berani terluka untuk mengerti cinta..

-- Superman who dare to be Clark --

3:41 AM  
Anonymous Anonymous said...

tanya ya,
kalau cinta sesama manusia
terus
cinta sesama mahluk/alam
urutannya dimana?

1:54 AM  

Post a Comment

<< Home